1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah yang meningkat secara menetap lebih dari 140 mmHg pada sistolik (tekanan dalam arteri ketika jantung kontraksi) atau 90 mmHg pada diastolik (tekanan dalam arteri saat jantung berelaksasi) (Price & Wilson, 2006; Health Quality Ontario/ HQO, 2012).
Nilai tekanan darah normal adalah kurang dari 120 mmHg pada sistol/80 mmHg pada diastol (Ganong, 2006).
![]() |
Sudahkah anda mengecek tekanan darah? Berapa tekanan darah Anda? |
2. Klasifikasi Hipertensi
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Usia Dewasa 18 tahun atau lebih
| ||
Kategori
|
Sistolik (mmHg)
|
Diastolik (mmHg)
|
Normal
|
<120
|
<80
|
Pre-hipertensi
|
120-139
|
80-89
|
Hipertensi
Tingkat 1
Tingkat 2
|
140 – 159
≥ 160
|
90 – 99
≥ 100
|
![]() |
Apa ya penyebab hipertensi itu?? |
3. Penyebab Hipertensi
Berdasarkan
penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a.
Hipertensi esensial/ primer/ idiopatik adalah
adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti dan tidak terdapat kelainan
penyakit yang jelas (Syamsudin, 2010). Kejadian
hipertensi primer mendominasi dari seluruh kejadian hipertensi yang ada, yaitu
sebesar 90% (Sherwood, 2012).
Ada beberapa faktor yang diperkirakan
dapat menyebabkan hipertensi primer yaitu:
1.
Herediter/ keturunan
Kejadian turun menurun hipertensi dalam satu keluarga
menunjukkan bahwa faktor genetik mempunyai peranan dalam menyebabkan hipertensi (Sherwood, 2012).
2.
Lingkungan
Sejumlah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya
hipertensi adalah pekerjaan, kepadatan penduduk, ukuran keluarga, termasuk pola
diit dengan tinggi asupan garam, alkohol, dan obesitas (Sherwood, 2012).
3.
Sensitivitas Garam
Faktor ini mendapat
perhatian paling besar dalam penyebab hipertensi, karena garam
mempengaruhi faktor hormon dalam tubuh. seperti hormon renin yang mengalami
peningkatan menyebabkan peningkatan produksi angiotensin II dan aldosteron (DepKes
RI, 2006), dan insulin yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan arteri (Sherwood,
2012).
b.
Hipertensi sekunder
adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya, yaitu diakibatkan karena perubahan sekresi hormon dan perubahan fungsi
ginjal (Sherwood, 2012), seperti:
1.
Hipertensi renal
Hiperensi renal terjadi karena adanya keadaan patologi
pada ginjal. Misalnya lesi aterosklerotik yang menonjol ke dalam lumen suatu
arteri renalis atau penekanan eksternal pembuluh oleh suatu tumor dapat
mengurangi aliran darah ke ginjal. Ginjal mengaktifkan Angiotensin II
(merupakan vasokonstriktor yang kuat) dan mendorong retensi garam dan air
sewaktu pembentukan urin. Sehingga volume darah bertambah untuk mengompensasi
berkurangnya aliran darah ginjal. Peningkatan volume darah dan vasokonstriksi
aliran darah ini sebagai penyebab meningkatnya tekanan darah arteri secara
keseluruhan.
2.
Hipertensi Endokrin
Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh keabnormalan
hormon. Misalnya pada feokromositoma, suatu
tumor medula adrenal yang mengeluarkan epinerfrin
dan norepinefrin. Peningkatan kedua
hormon tersebut menyebabkan peningkatan curah jantung dan vasokonstriksi
perifer generalisata yang menyebabkan hipertensi.
3.
Hipertensi
Neurogenik
Kejadian hipertensi yang
disebabkan oleh kesalahan kontrol tekanan darah karena defek di pusat kontrol
kardiovaskular
4. Perjalanan Penyakit Hipertensi
a.
Hipertensi Stadium Labil (Labil Essential Hypertension)
Dalam hipertensi
stadium labil ini faktor yang pertama kali diyakini dapat meningkatkan tekanan
darah adalah tekanan emosi, dimana tekanan emosi dapat meningkatkan aktivasi
saraf otonom dan menyebabkan peningkatan tekanan darah akibat vasokonstriksi
arteriol post gromerulus. Sehingga terjadi retensi sodium yang mengakibatkan
volume plasma dan volume Cairan Ekstra Seluler (CES) meningkat.Keadaan tersebut di
atas memicu peningkatan tekanan pada pengisian atrium jantung yang akibatnya
volume sekuncup akan mengalami kenaikan dan menyebabkan terjadinya
vasokonstriksi pembuluh darah tepi (tahanan perifer) sehingga mekanisme
tersebut yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
b.
Hipertensi Stadium Menetap (Fixed Essential Hypertension)
Pada hipertensi
stadium menetap telah terdapat perubahan-perubahan struktur dinding pembuluh
darah yang tidak reversibel, berupa hiperplasia, hialinisasi, dan fibrinoid
(misalnya pada arteriol post gromerulus). Keadaan tersebut menyebabkan
penyempitan lumen yang diikuti dengan peningkatan friksi filtrasi dan vaskular
renal resisten. Pada stadium menetap tekanan darah dipertahankan tinggi akibat
kenaikan total peripheral resistance (TPR) walaupun volume sekuncup dan volume cairan telah normal
kembali.
5. Tanda dan Gejala Hipertensi
Penderita hipertensi terkadang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun-tahun (Smeltzer & Bare, 2008). Sehingga hipertensi disebut
dengan penyakit “silent killer” karena merusak atau membunuh
organ-organ secara prematur dengan onset yang mendadak (Erkoc, et al.,
2012), biasanya seseorang baru mengetahui bahwa dirinya terkena hipertensi saat
setelah melakukan pemeriksaan umum secara rutin atau ketika pasien meminta
saran tenaga kesehatan terhadap komplikasi yang dialaminya (Ganong, 2006).Namun beberapa gejala penyakit yang sering muncul bersamaan dengan
hipertensi seperti sakit kepala, pusing, lelah (Price & Wilson, 2006),
penglihatan kabur karena kerusana hipertensif pada retina, gangguan cara
berjalan karena susunan saraf pusat mengalami kerusakan, nokturia karena aliran
darah ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat, dan edema karena tekanan
kapiler meningkat (Corwin, 2009).
6. Faktor Risiko Hipertensi
a.
Riwayat keluarga
Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Mannan, et al, (2012) mengungkapkan bahwa
hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan dibuktikan dengan riwayat dengan keluarga hipertensi mempunyai risiko 4,36 kali untuk menderita (25% kemungkinan menderita) hipertensi
dibandingkan dengan yang tidak mempunyai
riwayat keluarga hipertensi, terutama pada
hipertensi primer. Forman, Stampfer, dan Curhan (2009) menambahkan bahwa wanita
yang mempunyai riwayat hipertensi akan menurunkan risiko hipertensi kepada
anaknya.
b.
Merokok
Perilaku merokok
mempunyai risiko 2,32 kali untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan yang tidak
merokok
karena nikotin pada rokok diserap oleh pembuluh darah kecil di paru-paru dan
diedarkan ke aliran darah hingga sampai ke otak. Hal ini membuat otak memberi
sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinerfrin (adrenalin) yang akan
membuat pembuluh darah menyempit dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat
dengan tekanan yang lebih tinggi (Mannan,
et al., 2012).
c.
Aktivitas
Fisik
Aktivitas fisik dapat meningkatkan
unsur-unsur kesegaran jasmani, seperti sistem jantung sehingga dapat mengurangi
kejadian penyakit yang menyerang jantung, pembuluh darah,
hipertensi, stress (Muliyati, Syam, & Sirajuddin, 2011), dan mampu
menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 3.0 mmHg dan diastolik sebesar 2.4
mmHg, dan menurunkan lemak (Nugraheny, 2012). Olah raga ini sebaiknya dilakukan
sekurang-kurangnya 3 kali seminggu dan paling banyak 5 kali seminggu agar
memberikan kesempatan otot istirahat dan bekerja efektif (Muliyati, et al., 2011), atau dilakukan secara
regular 30-45 menit setiap hari (Jennings, 2007).
Pada seseorang yang mempunyai aktivitas fisik kurang,
berisiko 2,67 kali untuk menderita
hipertensi dibandingkan dengan yang sering beraktivitas fisik/olahraga (Mannan, et al.,
2012).
a. Konsumsi
Garam
Kejadian hipertensi lebih
banyak ditemui pada seseorang yang suka mengkonsumsi garam berlebih
dibandingkan dengan yang mengkonsumsi garam cukup (Mannan, et al., 2012). Hal tersebut telah dibuktikan
oleh sebuah studi epidemiologi dan Randomized
Controll Trial (RCT), bahwa peningkatan tekanan darah pada usia lanjut di
daerah urban berhubungan dengan jumlah diet garam yang dikonsumsi (Beevers, Lip, O’Brien, 2007).
b. Usia
Semakin bertambahnya usia
seseorang, semakin berisiko terkena hipertensi (Manimunda, et al, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Irza
(2009) melaporkan bahwa, kejadian hipertensi lebih banyak pada usia >40
tahun, dengan rentang usia 22-30 tahun (19,47%), 31-40 tahun (16,17%), 41-50
tahun (22,77%), 51-60 tahun (21,45%), dan >60 tahun (20,13%).
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin beluum secara
signifikan dapat menjadi faktor risiko hipertensi, karena terdapat perbedaan
antara beberapa literatur. Berdasarkan penelitian Manimunda, et al., (2011), penderita hipertensi
laki-laki lebih tinggi (30,77%) dibandingkan dengan wanita (25.77%). Kejadian
hipertensi lebih banyak pada wanita (66,67%) dari pada laki-laki (33,33%)
(Irza, 2009). Perempuan yang mempunyai
tekanan darah tinggi mempunyai risiko 3 kali lipat menderita Diabetes,
dibanding perempuan dengan tekanan darah yang lebih rendah (Medical Update,
2008).
Hal ini kemungkinan karena
pengaruh hormon estrogen pada wanita yang sudah menopouse tidak mampu
menghasilkan High-Density
Lipoprotein (HDL)
dalam jumlah banyak, sehingga besar untuk terjadi kemungkinan aterosklerosis
akibat meningkatnya Low-Density
Lipoprotein (LDL) dan akan
terjadi sebaliknya apabila wanita belum menopouse (Cortas, 2008). Faktor pada jenis kelamin juga dipengaruhi
dari kebiasaan merokok pada laki-laki lebih tinggi 16 kali dari pada wanita
(Kementrian Kesehatan RI/ Kemenkes RI, 2012).
d.
Pendidikan Kesehatan
Penderita hipertensi yang mendapatkan pendidikan
kesehatan mempunyai pengetahuan dan pemahaman lebih tinggi dibanding yang tidak
mendapat pendidikan kesehatan khususnya tentang penyakit yang dideritanya,
sehingga penderita dapat memodifikasi gaya hidupnya sesuai informasi yang
didapatkan (Nugraheny, 2012). Tingkat pengetahuan juga dapat meningkatkan
kesadaran penderita untuk melakukan treatment
yang tepat untuk hipertensi, karena dari hasil studi hanya terdapat 11 dari
492 (0,02%) penderita hipertensi yang sudah melakukan treatment (Manimunda, et al., 2011).
e.
Obesitas
Obesitas dapat menjadi salah satu pemicu hipertensi
karena lemak dalam tubuh dapat mempengaruhi resistensi insulin, dislipidemia,
dan aktivasi renin-angiotensin-aldosteron, mengubah fungsi vaskular (Kotchen,
2010), dan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik yang memicu peningkatan
denyut jantung, kecepatan hantaran darah ke jaringan, dan kontraktilitas
jantung (Syamsudin, 2010).
f.
Konsumsi Alkohol
Pengkonsumsian alkohol yang tinggi akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Alkohol dapat mendukung terjadinya hipertensi karena
efek racunnya, selain itu alkohol juga dapat meningkatkan jumlah lemak dalam
tubuh sehingga menyebabkan obesitas (Jain, 2011).
g.
Keadaan Psikologi
Tekanan psikologis dianggap sebagai saah satu faktor penyebab hipertensi
karena dapat mengaktivasi saraf otonom yang menyebabkan peningkatan tekanan
darah (Hamer, Batty, Stamatakis, & Kivimaki, 2012).
7.
Komplikasi Hipertensi
Komplikasi yang dapat disebabkan oleh hipertensi adalah:
a.
Stroke
Tekanan tinggi di otak atau akibat emboli yang terlepas
dari pembuluh darah non otak yang terpajan tekanan darah tinggi dapat
menimbulkan kejadian stroke. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik,
apabila arteri yang mensuplai darah ke otak mengalami hipertrofi dan menebal
sehingga aliran darah berkurang (Corwin, 2009; Guyton & Hall, 2006).
b.
Infark Miokard
Apabila arteri koroner yang mengalami aterosklerotik
tidak dapa mensuplai oksigen yang cukup ke miokardium maka akan terjadi infark
miokard. Kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi pada
hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, sehingga terjadi iskemia jantung
yang menyebabkan infark (Corwin, 2009).
c.
Gagal ginjal
Lesi vaskular renal yang paling sering ditemukan pada
hipertensi adalah lesi arterisklerotik dari arteriole aferen dan eferen dan
kapiler glomerulus dapat mengakibatkan penurunan tingkat filtrasi di gromelurus
dan disfungsi tubulus, sehingga dapat menyebabkan proteinuria dan hematuria
mikroskopis dan menjadi penyebab 10% kematian sekunder terhadap hipertensi oleh
karena gagal ginjal (Sherwood, 2012).
d.
Enselopati (Kerusakan Otak)
Pada hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya
(hipertensi maligna), tekanan yang sangat tinggi menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan terjadi dorongan cairan keluar interstisial di seluruh
susunan saraf pusat sehingga neuron-neuron di sekitar menjadi kolaps dan
terjadi koma serta kematian (Corwin, 2009).
8.
Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a.
Farmakologi
Berdasarkan JNC 7 (2004) menyatakan bahwa terapi untuk
hipertensi secara farmakologi (menggunakan obat anti hipertensi), seperti
golongan diuretik yang bertujuan untuk meningkatkan buang air pada penderita,
yaitu dengan meningkatkan jumlah natrium melalui ginjal, memperlebar saluran
arteri kecil, dan menurunkan tekanan darah.
Contoh obat yang termasuk dalam diuretik adalah thiazid. Kerja thiazid menghambat natrium di segmen kortikal ascending limb loop
henle pada bagian bawah tubulus distal. Efek samping dari thiazid adalah impotensi jika dikonsumsi dalam dosis tinggi, pada
ibu hamil dapat menembus plasenta dan mempengaruhi bayi, selain itu dapat
berefek pada hipokalemia, asam urat, dan serangan jantung (Jain, 2011).
Obat penyekat beta blocker dibedakan
menjadi dua, yaitu penghambat reseptor 1 dan penghambat reseptor 1 dan 2. Kerja
obat ini menghambat transmisi pesan saraf dari pusat otak menuju otot spiral
pelindung arteri kecil dan menahan kerja adrenalin dan nonadrenalin. Efek
samping Beta Blocker adalah penyempitan ruang udara paru-paru dan
pada jangka waktu lama menyebabkan hipotermi pada tangan dan kaki, gangguan
tidur, jika dikonsumsi pada awal kehamilan dapat memperlambat pertumbuhan bayi,
dan penurunan tingkat energi karena obat ini mempengaruhi jantung untuk memompa
lebih lama dan lambat (Jain, 2011).
Inhibitor Angiotensin Convering Enzym Inhibitor (ACE) bekerja obat dengan mencegah aktivasi hormon angiotensin
II dari dua zat pembentuknya, yaitu renin dan angiotensin I (Jain, 2011). Efek
samping dari obat ini adalah angiodema, proteinuria, dan neutropenia, pada
pasien dengan stenosis arteri renal bilateral dapat menyebabkan gagal ginjal
(Neal, 2006). Obat
ini efektif diberikan pada penderita hipertensi yang berkulit putih, usia muda,
penderita gagal jantung, penyakit ginjal diabetic dan pria yang
impotensi (Muhammadun, 2010).
Antagonis kalsium bekerja untuk menahan ion kalsium
berpindah di seluruh membran sel pada otot halus di dinding arteriol terutama
pada jantung. Obat yang termasuk antagonis kalsium adalah nifedipin, felodipin,
lasidipin, nisolipin, dan isradipin. Efek samping obat ini adalah sembelit,
kulit wajah memerah, sakit kepala, pembengkakan pergelangan kaki, pada wanita
hamil dapat menunda persalinan dan cacat tubuh yang fatal (Jain, 2011).
b.
Non farmakologi
Untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas
akibat hipertensi, beberapa sumber menyebutkan terapi non farmakologi menjadi
terapi wajib yang harus dilakukan setiap terapi anti hipertensi (Smeltzer &
Bare, 2008), karena terapi secara non farmakologi telah banyak diyakini dapat
mengkontrol keadaan hipertensi, seperti modifikasi gaya hidup (Crim, et al.,
2012).
Penerapan gaya hidup sehat menurut JNC 7 (2004) adalah
pencegahan yang penting untuk penderita hipertensi. Perubahan gaya hidup
tersebut adalah penurunan berat badan pada berat badan normal, melakukan
perencanaan diet yang tepat berdasarkan Dietary
Approaches to Stop Hypertension (DASH) dimana diet makanan kaya buah
seperti belimbing, jambu biji, jambu bol, kedondong, anggur, nangka, markisa,
pepaya, jeruk, mangga, apel, semangka, dan pisang; sayur seperti daun bawang,
jamur segar, bawang putih, daun kulit melinjo, buah kelor, daun kacang panjang,
kacang panjang, daun kemangi, daun katuk, daun singkong, daun seledrei, daun
ubi jalar, lobak, tomat, kangkung, buncis, kol, wortel, bayam, dan sawi; makanan
rendah lemak seperti susu skim pengganti susu pengganti; mengurangi konsumsi
garam, aktivitas fisik dan atur batasan minum alkohol. Perubahan gaya hidup
sehat ini dapat menurunkan tekanan darah, menunda insiden hipertensi,
menurunkan risiko kardiovaskular, dan efisiensi pengaturan obat anti
hipertensi.
Tabel 2. Modifikasi Gaya Hidup Untuk Mencegah Dan Mengelola Hipertensi
Menurut JNC 7
Modifikasi
|
Rekomendasi
|
Kira-kira penurunan tekanan darah, range
|
Penurunan berat
badan
|
Plihara berat badan normal (BMI 18,5-24,9)
|
5-20
mmHg/10kg
|
Adopsi pola makan
DASH
|
Diet kaya dengan sayur, buah, dan produk susu rendah
lemak
|
8-14 mmHg
|
Diet rendah
sodium
|
Mengurangi diet sodium, tidak lebih dari 100 meq/L (2,4
g sodium klorida)
|
2-8 mmHg
|
Aktifitas fisik
|
Regular aktivitas fisik aerobik seperti jalan kaki 30
menit/hari, beberapa hari/minggu
|
4-9 mmHg
|
Minum alkohol
sedikit saja
|
Limit minum alkohol tidak boleh lebiih dari 2/hari (30
ml etanol, misalnya 720 ml beer, 300ml wine) untuk laki-laki dan 1 l/hari
untuk perempuan
|
2-4 mmHg
|
Dalimartha, Purnama, Sutarina, Mahendra, & Darmawan (2008) menambahkan, dalam terapi non
farmakologi perlu menyertakan bantuan dari kelompok pendukung. Dalam hal ini
dapat teman, keluarga, ataupun orang terdekat yang memberikan dukungan pola
hidup sehat. Dukungan dan partisipasi orang lain membuat lebih mudah dan lebih
termotivasi bagi setiap orang.
Terapi non farmakologi yang dapat digunakan selain
perubahan pola hidup sehat menurut Dalimartha, et all. (2008) adalah:
1.
Terapi Air merupakan
terapi alami menggunakan bahan air. Prosedur terapi ini adalah membiasakan
minum air 1,5 liter air setiap pagi setelah bangun tidur. Terapi air bertujuan
untuk membersihkan racun-racun dalam tubuh, menjaga darah agar dapat berfungsi
dengan baik, membantu proses pembuangan kotoran dalam tubuh, termasuk sembelit,
dan mengatur suhu tubuh.
2.
Terapi Batu
Giok sudah lama dikenal dalam pengobatan Traditional
Chinese Medicine yang diyakini dapat menyembuhkan berbagi macam penyakit,
membantu mengembalikan vitalitas, merangsang regenerasi sel, meningkatkan daya
tahan tubuh, merangsang tubuh melawan penyakit, dan melancarkan peredaran
darah.
Terapi Bekam merupakan
terapi menggunakan canduk/ canthuk/ kop/cupping untuk membersihkan tubuh dari
darah yang mengandung toksin dengan penyayatan tipis pada permukaan kulit
(disebut juga sebagai cara untuk mengeluarkan darah kotor
9. Diet Hipertensi
Diet
adalah mengkonsumsi makanan dan minuman dengan takaran tertentu, dalam waktu
tertentu, dan jenis makanan tertentu (Soeryoko, 2010). Diet merupakan salah
satu perilaku yang digunakan dalam memanajemen hipertensi (Ridwan, 2012). Salah
satu cara penanggulangan hipertensi yang direkomendasikan adalah pendekatan
untuk menghentikan hipertensi atau dikenal dengan sebutan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension).
Prinsip utama dari diet DASH adalah menyajikan menu makan dengan gizi seimbang
yang mengandung kalium, magnesium, protein, serat, dan kalsium yang dapat
menurunkan tekanan darah. Perencanaan makanan DASH adalah rendah lemak jenuh,
kolestrol, dan lemak total dan meningkatkan konsumsi buah-buahan, sayuran, dan
susu yang tidak mengandung lemak atau rendah lemak. Produk yang dianjurkan
seperti biji-bijian, ikan, dan kacang-kacangan dan mengurangi konsumsi daging dengan kulit,
permen, gula, dan minuman yang mengandung alkohol serta tidak merokok
(National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011).
Berdasarkan penelitian Moore, Conlin dan Svetkey (2014), DASH
efektif untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi stadium 1.
Penatalaksanaan
nutrisi bagi pasien hipertensi sangat penting dilakukan, karena dapat
mempertahankan dan membuat tekanan darah tetap dalam keadaan normal. Adapun
penatalaksanaan nutrisi yang dilakukan dalam pengaturan pola makan adalah
sebagai berikut:
1)
Mengurangi konsumsi
garam
Mengurangi
konsumsi garam (natrium) merupakan hal yang penting untuk menurunkan tekanan
darah. Berdasarkan jumlah garam yang dikonsumsi dalam satu hari, diet DASH
membedakan menjadi dua, yaitu mengkonsumsi natrium maksimal 2400 mg yang setara
dengan 6 g (1 sendok teh) garam meja (garam dalam kemasan) dan mengkonsumsi
natrium 1500 mg yang setara dengan 4 g (2/3 sendok teh) garam meja. Jumlah tersebut
sudah termasuk jumlah garam alami yang terdapat dalam bahan makanan serta
jumlah garam yang ditambahkan saat masak. Diet DASH 1500 mg natrium, memberikan
hasil yang lebih baik dalam menurunkan tekanan darah lebih banyak dibandingkan
dengan jenis diet DASH 2400 mg natrium. Tapi untuk memudahkan anda beradaptasi
dengan diet rendah garam, sebaiknya lakukan diet DASH 1,4 g (2/5 sendok teh)
natrium per hari pada awal anda
menjalani diet DASH, jika sudah mulai terbiasa anda bisa melanjutkan dengan
diet DASH 1500 mg natrium per hari. (National Heart, Lung,
and Blod Institue, 2011). Memperbaiki rasa tawar akibat pengurangan garam dapat dilakukan
dengan menambahkan gula merah, bawang merah atau putih, jahe, kencur dan bumbu lain
yang tidak asin atau mengandung sedikit garam (Ramayulis, 2010).
Makanan
yang mengandung natrium dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu makanan
rendah natrium yang dimakan sesering mungkin, makanan dengan kadar natrium
menengah yang dikonsumsi tetapi dibatasi, dan makanan tinggi natrium yang tidak
boleh dikonsumsi (Jain, 2011).
a)
Makanan rendah natrium
Makanan
yang rendah natrium seperti buah-buahan segar, sayur-sayuran segar atau yang
dimasak dirumah, daging, ikan, unggas, nasi, dan pasta.
b)
Makanan dengan kadar natrium menengah
Makanan
dengan kadar natrium menengah seperti susu dan produk susu setengah liter susu
skim atau semi skim per hari, yogurt, keju cottage,
eskrim, telur kuning tidak
boleh lebih dari 4 butir
per minggu, kacang-kacangan yang tidak beragam, mentega yang tawar, bubur
sereal tanpa garam, gandum parut, beras, gandum atau oat.
c)
Makanan tinggi natrium
Makanan
yang tinggi natrium seperti makanan ringan dan cepat saji, kacang asin, kecap asin, pizza, ayam
goreng, kue, selai kacang, sayur dalam kaleng, susu kental, mentega, semua
jenis keju kecuali keju cottage, ikan
asap, ikan kalengan, daging yang diawetkan termasuk ikan asin dan sosis, kari,
produk sereal, sup khusus kalengan atau kemasan, buah kering, masakan cina,
saus siap masak, terigu dan bubuk pengembang, pemanis buatan serta biskuit dan kue.
2)
Mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat
Menurut Almatsier (2007), karbohidrat merupakan
sumber energi utama bagi tubuh manusia. Karbohidrat terdiri dari dua macam,
yaitu karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana. Karbohidrat kompleks
dianjurkan untuk penderita hipertensi karena aman dikonsumsi sedangkan
karbohidrat sederhana tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan kadar gula
darah dan menyebabkan hipertensi. Karbohidrat kompleks yang dianjurkan seperti
nasi dengan ukuran 1 kepalan tangan, kentang 2 buah, pasta dan mie 1 kepalan
tangan, singkong atau ubi jalar 2 buah, roti 2 buah. Karbohidrat kompleks dianjurkan
untuk dikonsumsi 3 kali dalam sehari, anda dapat memilih salah satu jenis karbohidrat
tersebut sesuai dengan ukuran atau porsi yang telah ditentukan. Karbohidrat sederhana
yang tidak dianjurkan seperti gula, pemanis buatan, manisan, soda, dan cemilan
yang manis.
3)
Mengurangi konsumsi
lemak jenuh
dan minyak
Menurut
Almatsier (2007), lemak di dalam makanan terdiri
dari dua macam, yaitu lemak jenuh dan tidak jenuh. Lemak jenuh merupakan lemak
yang sebagian besar asam lemaknya terdiri dari asam lemak jenuh. Sedangkan
lemak tidak jenuh adalah lemak yang sebagian besar asam lemaknya terdiri dari
asam lemak tidak jenuh (tidak jenuh ganda dan tidak jenuh tunggal).
Lemak
jenuh bersifat menaikkan kadar kolestrol dan trigliserida darah. Lemak jenuh
banyak terdapat pada makanan yang berasal dari hewan seperti daging sapi, babi,
kerbau, kambing, mentega, susu, keju, dan beberapa dari tumbuhan seperti
kelapa. Sedangkan lemak tidak jenuh cenderung dapat menurunkan kadar kolestrol
dan trigliserida darah. Bahkan makanan yang mengandung lemak tidak jenuh
kebanyakan berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti minyak jagung, minyak kedelai,
minyak kacang tanah, minyak biji bunga matahari, dan sebagian kecil dari hewani
seperti ikan dan minyak ikan.
Diet
rendah lemak dan minyak bertujuan untuk
menurunkan kadar kolestrol dalam darah dan menurunkan berat badan bagi yang
mengalami kegemukan (obesitas). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam diet
ini antara lain:
a)
Hindari penggunaan
minyak kelapa tidak lebih dari 1 cangkir
dalam sehari.
b)
Hindari penggunaan lemak
hewan dan margarin.
c)
Membatasi
penggunaan minyak goreng dan metega tidak lebih dari 3 sendok teh dalam sehari.
d)
Menghindari konsumsi daging dengan kulit,
hati, limpa, dan jenis jeroan lainnya.
e)
Mengkonsumsi susu yang tidak mengandung lemak
untuk pengganti susu penuh (full cream).
f)
Membatasi makanan
yang mengandung minyak seperti pisang goreng, tempe goreng, tahu goreng, ikan
goreng atau unggas atau daging goreng dalam sehari.
g)
Membatasi kuning telur,
tidak lebih dari 4 butir
dalam seminggu.
h)
Lebih sering
mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang-kacangan lainnya dengan direbus.
i)
Membatasi penggunaan gula dalam makanan dan minuman tidak lebih dari 5 sendok
dalam seminggu dan
membatasi makanan yang manis-manis seperti sirup, dodol, dan makanan yang mengandung pemanis buatan.
j)
Lebih banyak
mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan. Selain itu, juga harus memperhatikan
kombinasi makanan yang dikonsumsi karena hal ini harus disesuaikan dengan kadar
kolestrol dalam darah.
4)
Meningkatkan konsumsi makanan
yang berserat tinggi
Menurut
Almatsier (2007), serat terdiri dari
dua golongan, yaitu serat kasar (crude
fiber) dan serat makanan (dietary
fiber). Serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan, sedangkan
serat makanan terdapat pada makanan selain buah dan sayuran, seperti beras,
kentang, singkong, dan kacang ijo. Serat berfungsi untuk mengikat kolestrol
maupun asam empedu dan kemudian membuangnya bersama sisa-sisa metabolisme tubuh
atau kotoran. Hal tersebut dapat
terjadi jika makanan yang dikonsumsi
dalam sehari mengandung banyak serat kasar yang cukup
tinggi dan porsi sayuran lebih banyak dibandingkan dengan
nasi, singkong, biji-bijian, ikan atau daging. Beberapa
contoh bahan makanan yang mengandung serat kasar cukup tinggi, yaitu:
a)
Golongan buah-buahan dikonsumsi 4-6 buah perhari dengan ukuran sedang atau
ukuran bola tenis. Golongan buah-buahan yang dianjurkan seperti
jambu biji, belimbing, jambu bol, kedondong, anggur, nangka masak, markisa,
pepaya, jeruk, mangga, apel, semangka, dan pisang.
b)
Golongan sayuran dimasak dengan cara direbus, hindari memasak dengan menggunakan
santan atau minyak. Golongan sayuran yang dianjurkan seperti
daun bawang, jamur segar, bawang putih, daun dan kulit melinjo, buah kelor,
daun kacang panjang, kacang panjang, daun kemangi, daun katuk, daun singkong,
daun ubi jalar, daun seledri, lobak, tomat, kangkung, tahu, buncis, paria, kol,
wortel, bayam, dan sawi.
c)
Golongan protein nabati
seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, dan
biji-bijian (beras merah, jagung).
d)
Makanan lainnya seperti
agar-agar dan rumpu laut.
5)
Mengkonsumsi sumber kalsium
Menurut Ramayulis (2010), kalsium
bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah, menormalkan tekanan darah, mencegah
osteoporosis (pengeroposan tulang), melenturkan otot, mencegah penyakit jantung,
menjaga keseimbangan cairan tubuh dan sebagainya. Konsumsi kalsium disesuaikan
dengan angka kecukupan gizi yaitu sekitar 800-1200 mg per hari. Makanan dan
minuman yang mengandung tinggi kalsium adalah susu rendah lemak atau susu tanpa
lemak, susu kacang kedelai, kacang-kacangan serta hasil olahannya seperti tahu
dengan ukuran sedang atau 1 tahu ukuran besar dan 2 tempe dengan ukuran sedang dalam
sehari, sayuran yang mengandung sumber kalsium yang baik seperti bayam, brokoli
dan ubi jalar.
Pada penderita hipertensi,
penggunaan susu yang sudah dikalengkan atau dikemas, keju, dan ikan teri asin
sebagai sumber kalsium tidak dianjurkan. Namun, penderita hipertensi dapat
mengkonsumsi susu segar yang belum diawetkan sebanyak 200 ml per hari. Selain
itu, penggunaan ikan teri asin dapat diganti dengan ikan teri tawar.
6)
Mengkonsumsi sumber
makanan yang mengandung protein
Menurut Ramayulis (2010), protein
merupakan salah satu zat gizi utama yang diperlukan tubuh untuk menjalankan
fungsinya dengan baik. Protein berperan dalam metabolisme yang terjadi di dalam
tubuh, terutama sebagai enzim yang membantu mempercepat terjadinya
reaksi-reaksi di dalam tubuh dan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, protein
juga penting untuk menjaga kesehatan jantung dan menurunkan tekanan darah. Protein
terdiri dari dua macam, yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani
merupakan protein yang bersumber dari hewan seperti unggas, ikan dan daging tanpa
lemak dan kulit yang dikonsumsi dengan ukuran 1 telapak tangan setiap kali
makan dan melepaskan kulit daging sebelum memasaknya, telur putih 1 butir
setiap kali makan, susu rendah lemak. Protein nabati merupakan protein yang
bersumber dari tumbuhan seperti kedelai, kacang-kacangan, brokoli, bayam. Makanan
tersebut diolah dengan cara merebus atau memanggang, hindari menggoreng makanan
bagi penderita hipertensi.
7)
Diet rendah kalori
Menu
makanan dalam satu hari yang dianjurkan dalam diet DASH mengandung 2000 kalori
yang dibagi dalam tiga kali waktu makan, yaitu pagi, siang, dan malam. Tapi
jumlah energi tersebut bisa berubah sesuai dengan kondisi masing-masing orang
yang menjalani diet. Makanan yang rendah kalori sangat bermanfaat untuk
menurunkan berat badan bagi yang mengalami obesitas (kegemukan) (National
Heart, Lung, and Blod Institue, 2011).
Contoh Menu Makanan Diet Hipertensi
Hari
|
Pagi
|
Siang
|
Malam
|
Senin
|
Nasi
Cah
sayuran
Telur
putih
Jeruk
|
Singkong
Semur
tahu
Cah
sayuran
Jambu
biji
|
Nasi
Capcay
sayuran
Ayam
rebus tanpa kulit
pepaya
|
Selasa
|
Ubi
jalar
Bening
sawi
Ayam
rebus tanpa kulit
Semangka
|
Nasi
Telur
putih
Bening
ayam
Mangga
|
Nasi
Telur
putih
Bening
ayam
Apel
|
Rabu
|
Biji-bijian
Bening
labusiam
Pepes
ikan
Pisang
|
Nasi
Bening
labusiam
Ayam
rebus tanpa kulit
Apel
|
Pasta
Bening
sayuran
Pepes
ikan
Anggur
|
Kamis
|
Nasi
Telur
dadar
Bening
ayam
Pepaya
|
Biji-bijian
Bening
sawi
Ikan
Kedondong
|
Nasi
Bening
sayuran
Ayam
rebus tanpa kulit
Pepaya
|
Jumat
|
Singkong
Tempe
rebus
Bening
labu siam
Apel
|
Nasi
Tempe
rebus
Bening
sayuran
Jeruk
|
Nasi
Tahu
rebus
Bening
sayuran
markisa
|
Sabtu
|
Nasi
Cah
sayuran
Ikan
rebus tanpa kulut
Pisang
|
Kentang
Cah
sayuran
Unggas
rebus tanpa kulit
Jambu
biji
|
Nasi
Cah
sayuran
Telur
putih
Apel
|
Minggu
|
Biji-bijian
Tempe
Rebus
Sup
sayuran
Pepaya
|
Nasi
Tahu
Rebus
Sup
sayuran
semangka
|
Nasi
Tempe
Rebus
Sup
sayuran
Pisang
|
Betting on Sports Odds - Make Money on Sports Betting
BalasHapusSports betting tips. Betting tips. Betting tips. Our หาเงินออนไลน์ experts work hard to find the best sites for placing bets and win money on sports,