Total Tayangan Halaman

Total Tayangan Halaman

Kamis, 27 Februari 2014


1. Definisi Hipertensi
        Hipertensi adalah tekanan darah yang meningkat secara menetap lebih dari 140 mmHg pada sistolik (tekanan dalam arteri ketika jantung kontraksi) atau 90 mmHg pada diastolik (tekanan dalam arteri saat jantung berelaksasi)  (Price & Wilson, 2006; Health Quality Ontario/ HQO, 2012).
          Nilai tekanan darah normal adalah kurang dari 120 mmHg pada sistol/80 mmHg pada diastol (Ganong, 2006).
Sudahkah anda mengecek tekanan darah?
Berapa tekanan darah Anda?
2. Klasifikasi Hipertensi
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi menurut JNC 7  

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Usia Dewasa 18 tahun atau lebih
Kategori
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Normal
<120
<80
Pre-hipertensi  
120-139
80-89
Hipertensi  
    Tingkat 1
    Tingkat 2

140 – 159
≥ 160

90 – 99
≥ 100
Apa ya penyebab hipertensi itu??
3. Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a.      Hipertensi esensial/ primer/ idiopatik adalah
adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti dan tidak terdapat kelainan penyakit yang jelas (Syamsudin, 2010). Kejadian hipertensi primer mendominasi dari seluruh kejadian hipertensi yang ada, yaitu sebesar 90% (Sherwood, 2012).
Ada beberapa faktor yang diperkirakan dapat menyebabkan hipertensi primer yaitu:
1.      Herediter/ keturunan
Kejadian turun menurun hipertensi dalam satu keluarga menunjukkan bahwa faktor genetik mempunyai peranan dalam menyebabkan hipertensi (Sherwood, 2012).
2.      Lingkungan 
Sejumlah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya hipertensi adalah pekerjaan, kepadatan penduduk, ukuran keluarga, termasuk pola diit dengan tinggi asupan garam, alkohol, dan obesitas (Sherwood, 2012).
3.      Sensitivitas Garam
Faktor ini mendapat perhatian paling besar dalam penyebab hipertensi, karena garam mempengaruhi faktor hormon dalam tubuh. seperti hormon renin yang mengalami peningkatan menyebabkan peningkatan produksi angiotensin II dan aldosteron (DepKes RI, 2006), dan insulin yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan arteri (Sherwood, 2012).
b.      Hipertensi sekunder
adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya, yaitu diakibatkan karena perubahan sekresi hormon dan perubahan fungsi ginjal (Sherwood, 2012), seperti:
 1.      Hipertensi renal
Hiperensi renal terjadi karena adanya keadaan patologi pada ginjal. Misalnya lesi aterosklerotik yang menonjol ke dalam lumen suatu arteri renalis atau penekanan eksternal pembuluh oleh suatu tumor dapat mengurangi aliran darah ke ginjal. Ginjal mengaktifkan Angiotensin II (merupakan vasokonstriktor yang kuat) dan mendorong retensi garam dan air sewaktu pembentukan urin. Sehingga volume darah bertambah untuk mengompensasi berkurangnya aliran darah ginjal. Peningkatan volume darah dan vasokonstriksi aliran darah ini sebagai penyebab meningkatnya tekanan darah arteri secara keseluruhan.
2.      Hipertensi Endokrin
Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh keabnormalan hormon. Misalnya pada feokromositoma, suatu tumor medula adrenal yang mengeluarkan epinerfrin dan norepinefrin. Peningkatan kedua hormon tersebut menyebabkan peningkatan curah jantung dan vasokonstriksi perifer generalisata yang menyebabkan hipertensi.
3.      Hipertensi Neurogenik
                    Kejadian hipertensi yang disebabkan oleh kesalahan kontrol tekanan darah karena                   defek di pusat kontrol kardiovaskular
4. Perjalanan Penyakit Hipertensi 
a.      Hipertensi Stadium Labil (Labil Essential Hypertension)
        Dalam hipertensi stadium labil ini faktor yang pertama kali diyakini dapat meningkatkan tekanan darah adalah tekanan emosi, dimana tekanan emosi dapat meningkatkan aktivasi saraf otonom dan menyebabkan peningkatan tekanan darah akibat vasokonstriksi arteriol post gromerulus. Sehingga terjadi retensi sodium yang mengakibatkan volume plasma dan volume Cairan Ekstra Seluler (CES) meningkat.Keadaan tersebut di atas memicu peningkatan tekanan pada pengisian atrium jantung yang akibatnya volume sekuncup akan mengalami kenaikan dan menyebabkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah tepi (tahanan perifer) sehingga mekanisme tersebut yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
b.      Hipertensi Stadium Menetap (Fixed Essential Hypertension)
Pada hipertensi stadium menetap telah terdapat perubahan-perubahan struktur dinding pembuluh darah yang tidak reversibel, berupa hiperplasia, hialinisasi, dan fibrinoid (misalnya pada arteriol post gromerulus). Keadaan tersebut menyebabkan penyempitan lumen yang diikuti dengan peningkatan friksi filtrasi dan vaskular renal resisten. Pada stadium menetap tekanan darah dipertahankan tinggi akibat kenaikan total peripheral resistance (TPR) walaupun volume sekuncup dan volume cairan telah normal kembali. 

5. Tanda dan Gejala Hipertensi
Penderita hipertensi terkadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun (Smeltzer & Bare, 2008). Sehingga hipertensi disebut dengan penyakit silent killer” karena merusak atau membunuh organ-organ secara prematur dengan onset yang mendadak (Erkoc, et al., 2012), biasanya seseorang baru mengetahui bahwa dirinya terkena hipertensi saat setelah melakukan pemeriksaan umum secara rutin atau ketika pasien meminta saran tenaga kesehatan terhadap komplikasi yang dialaminya (Ganong, 2006).Namun beberapa gejala penyakit yang sering muncul bersamaan dengan hipertensi seperti sakit kepala, pusing, lelah (Price & Wilson, 2006), penglihatan kabur karena kerusana hipertensif pada retina, gangguan cara berjalan karena susunan saraf pusat mengalami kerusakan, nokturia karena aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat, dan edema karena tekanan kapiler meningkat (Corwin, 2009).
6. Faktor Risiko Hipertensi
a.      Riwayat keluarga
Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Mannan, et al, (2012) mengungkapkan bahwa hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan dibuktikan dengan riwayat dengan keluarga hipertensi mempunyai risiko 4,36 kali untuk menderita (25% kemungkinan menderita) hipertensi dibandingkan dengan yang tidak mempunyai riwayat keluarga hipertensi, terutama pada hipertensi primer. Forman, Stampfer, dan Curhan (2009) menambahkan bahwa wanita yang mempunyai riwayat hipertensi akan menurunkan risiko hipertensi kepada anaknya.
b.      Merokok
Perilaku merokok mempunyai risiko 2,32 kali untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan yang tidak merokok karena nikotin pada rokok diserap oleh pembuluh darah kecil di paru-paru dan diedarkan ke aliran darah hingga sampai ke otak. Hal ini membuat otak memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinerfrin (adrenalin) yang akan membuat pembuluh darah menyempit dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat dengan tekanan yang lebih tinggi (Mannan, et al., 2012).
c.       Aktivitas Fisik
                    Aktivitas fisik dapat meningkatkan unsur-unsur kesegaran jasmani, seperti sistem jantung                                sehingga dapat mengurangi 
kejadian penyakit yang menyerang jantung, pembuluh darah, hipertensi, stress (Muliyati, Syam, & Sirajuddin, 2011), dan mampu menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 3.0 mmHg dan diastolik sebesar 2.4 mmHg, dan menurunkan lemak (Nugraheny, 2012). Olah raga ini sebaiknya dilakukan sekurang-kurangnya 3 kali seminggu dan paling banyak 5 kali seminggu agar memberikan kesempatan otot istirahat dan bekerja efektif (Muliyati, et al., 2011), atau dilakukan secara regular 30-45 menit setiap hari (Jennings, 2007).
Pada seseorang yang mempunyai aktivitas fisik kurang, berisiko 2,67 kali untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan yang sering beraktivitas fisik/olahraga (Mannan, et al., 2012).
a.     Konsumsi Garam
Kejadian hipertensi lebih banyak ditemui pada seseorang yang suka mengkonsumsi garam berlebih dibandingkan dengan yang mengkonsumsi garam cukup (Mannan, et al., 2012). Hal tersebut telah dibuktikan oleh sebuah studi epidemiologi dan Randomized Controll Trial (RCT), bahwa peningkatan tekanan darah pada usia lanjut di daerah urban berhubungan dengan jumlah diet garam yang dikonsumsi (Beevers, Lip, O’Brien, 2007).


b.    Usia
Semakin bertambahnya usia seseorang, semakin berisiko terkena hipertensi (Manimunda, et al, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Irza (2009) melaporkan bahwa, kejadian hipertensi lebih banyak pada usia >40 tahun, dengan rentang usia 22-30 tahun (19,47%), 31-40 tahun (16,17%), 41-50 tahun (22,77%), 51-60 tahun (21,45%), dan >60 tahun (20,13%). 
c.      Jenis kelamin
Jenis kelamin beluum secara signifikan dapat menjadi faktor risiko hipertensi, karena terdapat perbedaan antara beberapa literatur. Berdasarkan penelitian Manimunda, et al., (2011), penderita hipertensi laki-laki lebih tinggi (30,77%) dibandingkan dengan wanita (25.77%). Kejadian hipertensi lebih banyak pada wanita (66,67%) dari pada laki-laki (33,33%) (Irza, 2009). Perempuan yang mempunyai tekanan darah tinggi mempunyai risiko 3 kali lipat menderita Diabetes, dibanding perempuan dengan tekanan darah yang lebih rendah (Medical Update, 2008).
Hal ini kemungkinan karena pengaruh hormon estrogen pada wanita yang sudah menopouse tidak mampu menghasilkan High-Density Lipoprotein (HDL) dalam jumlah banyak, sehingga besar untuk terjadi kemungkinan aterosklerosis akibat meningkatnya Low-Density Lipoprotein (LDL) dan akan terjadi sebaliknya apabila wanita belum menopouse (Cortas, 2008).  Faktor pada jenis kelamin juga dipengaruhi dari kebiasaan merokok pada laki-laki lebih tinggi 16 kali dari pada wanita (Kementrian Kesehatan RI/ Kemenkes RI, 2012).
d.      Pendidikan Kesehatan
Penderita hipertensi yang mendapatkan pendidikan kesehatan mempunyai pengetahuan dan pemahaman lebih tinggi dibanding yang tidak mendapat pendidikan kesehatan khususnya tentang penyakit yang dideritanya, sehingga penderita dapat memodifikasi gaya hidupnya sesuai informasi yang didapatkan (Nugraheny, 2012). Tingkat pengetahuan juga dapat meningkatkan kesadaran penderita untuk melakukan treatment yang tepat untuk hipertensi, karena dari hasil studi hanya terdapat 11 dari 492 (0,02%) penderita hipertensi yang sudah melakukan treatment (Manimunda, et al., 2011).
e.       Obesitas
Obesitas dapat menjadi salah satu pemicu hipertensi karena lemak dalam tubuh dapat mempengaruhi resistensi insulin, dislipidemia, dan aktivasi renin-angiotensin-aldosteron, mengubah fungsi vaskular (Kotchen, 2010), dan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik yang memicu peningkatan denyut jantung, kecepatan hantaran darah ke jaringan, dan kontraktilitas jantung (Syamsudin, 2010).

f.       Konsumsi Alkohol
Pengkonsumsian alkohol yang tinggi akan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Alkohol dapat mendukung terjadinya hipertensi karena efek racunnya, selain itu alkohol juga dapat meningkatkan jumlah lemak dalam tubuh sehingga menyebabkan obesitas (Jain, 2011).
g.      Keadaan Psikologi
Tekanan psikologis dianggap sebagai saah satu faktor penyebab hipertensi karena dapat mengaktivasi saraf otonom yang menyebabkan peningkatan tekanan darah (Hamer, Batty, Stamatakis, & Kivimaki, 2012).
7.        Komplikasi Hipertensi
Komplikasi yang dapat disebabkan oleh hipertensi adalah:
a.    Stroke
Tekanan tinggi di otak atau akibat emboli yang terlepas dari pembuluh darah non otak yang terpajan tekanan darah tinggi dapat menimbulkan kejadian stroke. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik, apabila arteri yang mensuplai darah ke otak mengalami hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah berkurang (Corwin, 2009; Guyton & Hall, 2006).
b.    Infark Miokard
Apabila arteri koroner yang mengalami aterosklerotik tidak dapa mensuplai oksigen yang cukup ke miokardium maka akan terjadi infark miokard. Kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, sehingga terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark (Corwin, 2009).
c.     Gagal ginjal
Lesi vaskular renal yang paling sering ditemukan pada hipertensi adalah lesi arterisklerotik dari arteriole aferen dan eferen dan kapiler glomerulus dapat mengakibatkan penurunan tingkat filtrasi di gromelurus dan disfungsi tubulus, sehingga dapat menyebabkan proteinuria dan hematuria mikroskopis dan menjadi penyebab 10% kematian sekunder terhadap hipertensi oleh karena gagal ginjal (Sherwood, 2012).
d.    Enselopati (Kerusakan Otak)
Pada hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya (hipertensi maligna), tekanan yang sangat tinggi menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan terjadi dorongan cairan keluar interstisial di seluruh susunan saraf pusat sehingga neuron-neuron di sekitar menjadi kolaps dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2009).
8.        Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:


a.      Farmakologi
Berdasarkan JNC 7 (2004) menyatakan bahwa terapi untuk hipertensi secara farmakologi (menggunakan obat anti hipertensi), seperti golongan diuretik yang bertujuan untuk meningkatkan buang air pada penderita, yaitu dengan meningkatkan jumlah natrium melalui ginjal, memperlebar saluran arteri kecil, dan menurunkan tekanan darah.
Contoh obat yang termasuk dalam diuretik adalah thiazid. Kerja thiazid menghambat natrium di segmen kortikal ascending limb loop henle pada bagian bawah tubulus distal. Efek samping dari thiazid adalah impotensi jika dikonsumsi dalam dosis tinggi, pada ibu hamil dapat menembus plasenta dan mempengaruhi bayi, selain itu dapat berefek pada hipokalemia, asam urat, dan serangan jantung (Jain, 2011).
Obat penyekat beta blocker dibedakan menjadi dua, yaitu penghambat reseptor 1 dan penghambat reseptor 1 dan 2. Kerja obat ini menghambat transmisi pesan saraf dari pusat otak menuju otot spiral pelindung arteri kecil dan menahan kerja adrenalin dan nonadrenalin. Efek samping Beta Blocker  adalah penyempitan ruang udara paru-paru dan pada jangka waktu lama menyebabkan hipotermi pada tangan dan kaki, gangguan tidur, jika dikonsumsi pada awal kehamilan dapat memperlambat pertumbuhan bayi, dan penurunan tingkat energi karena obat ini mempengaruhi jantung untuk memompa lebih lama dan lambat (Jain, 2011).
Inhibitor Angiotensin Convering Enzym Inhibitor (ACE) bekerja obat dengan mencegah aktivasi hormon angiotensin II dari dua zat pembentuknya, yaitu renin dan angiotensin I (Jain, 2011). Efek samping dari obat ini adalah angiodema, proteinuria, dan neutropenia, pada pasien dengan stenosis arteri renal bilateral dapat menyebabkan gagal ginjal (Neal, 2006). Obat ini efektif diberikan pada penderita hipertensi yang berkulit putih, usia muda, penderita gagal jantung, penyakit ginjal diabetic dan pria yang impotensi (Muhammadun, 2010).
Antagonis kalsium bekerja untuk menahan ion kalsium berpindah di seluruh membran sel pada otot halus di dinding arteriol terutama pada jantung. Obat yang termasuk antagonis kalsium adalah nifedipin, felodipin, lasidipin, nisolipin, dan isradipin. Efek samping obat ini adalah sembelit, kulit wajah memerah, sakit kepala, pembengkakan pergelangan kaki, pada wanita hamil dapat menunda persalinan dan cacat tubuh yang fatal (Jain, 2011).
b.      Non farmakologi
Untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi, beberapa sumber menyebutkan terapi non farmakologi menjadi terapi wajib yang harus dilakukan setiap terapi anti hipertensi (Smeltzer & Bare, 2008), karena terapi secara non farmakologi telah banyak diyakini dapat mengkontrol keadaan hipertensi, seperti modifikasi gaya hidup (Crim,  et al., 2012).
Penerapan gaya hidup sehat menurut JNC 7 (2004) adalah pencegahan yang penting untuk penderita hipertensi. Perubahan gaya hidup tersebut adalah penurunan berat badan pada berat badan normal, melakukan perencanaan diet yang tepat berdasarkan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) dimana diet makanan kaya buah seperti belimbing, jambu biji, jambu bol, kedondong, anggur, nangka, markisa, pepaya, jeruk, mangga, apel, semangka, dan pisang; sayur seperti daun bawang, jamur segar, bawang putih, daun kulit melinjo, buah kelor, daun kacang panjang, kacang panjang, daun kemangi, daun katuk, daun singkong, daun seledrei, daun ubi jalar, lobak, tomat, kangkung, buncis, kol, wortel, bayam, dan sawi; makanan rendah lemak seperti susu skim pengganti susu pengganti; mengurangi konsumsi garam, aktivitas fisik dan atur batasan minum alkohol. Perubahan gaya hidup sehat ini dapat menurunkan tekanan darah, menunda insiden hipertensi, menurunkan risiko kardiovaskular, dan efisiensi pengaturan obat anti hipertensi.
Tabel 2. Modifikasi Gaya Hidup Untuk Mencegah Dan Mengelola Hipertensi Menurut JNC 7
Modifikasi
Rekomendasi
Kira-kira penurunan tekanan darah, range
Penurunan berat badan
Plihara berat badan normal (BMI 18,5-24,9)
5-20 mmHg/10kg
Adopsi pola makan DASH
Diet kaya dengan sayur, buah, dan produk susu rendah lemak
8-14 mmHg
Diet rendah sodium
Mengurangi diet sodium, tidak lebih dari 100 meq/L (2,4 g sodium klorida)
2-8 mmHg
Aktifitas fisik
Regular aktivitas fisik aerobik seperti jalan kaki 30 menit/hari, beberapa hari/minggu
4-9 mmHg
Minum alkohol sedikit saja
Limit minum alkohol tidak boleh lebiih dari 2/hari (30 ml etanol, misalnya 720 ml beer, 300ml wine) untuk laki-laki dan 1 l/hari untuk perempuan
2-4 mmHg

Dalimartha, Purnama, Sutarina, Mahendra, & Darmawan (2008) menambahkan, dalam terapi non farmakologi perlu menyertakan bantuan dari kelompok pendukung. Dalam hal ini dapat teman, keluarga, ataupun orang terdekat yang memberikan dukungan pola hidup sehat. Dukungan dan partisipasi orang lain membuat lebih mudah dan lebih termotivasi bagi setiap orang.
Terapi non farmakologi yang dapat digunakan selain perubahan pola hidup sehat menurut Dalimartha, et all. (2008) adalah:
1.   Terapi Air merupakan terapi alami menggunakan bahan air. Prosedur terapi ini adalah membiasakan minum air 1,5 liter air setiap pagi setelah bangun tidur. Terapi air bertujuan untuk membersihkan racun-racun dalam tubuh, menjaga darah agar dapat berfungsi dengan baik, membantu proses pembuangan kotoran dalam tubuh, termasuk sembelit, dan mengatur suhu tubuh.
2.   Terapi Batu Giok sudah lama dikenal dalam pengobatan Traditional Chinese Medicine yang diyakini dapat menyembuhkan berbagi macam penyakit, membantu mengembalikan vitalitas, merangsang regenerasi sel, meningkatkan daya tahan tubuh, merangsang tubuh melawan penyakit, dan melancarkan peredaran darah.
Terapi Bekam merupakan terapi menggunakan canduk/ canthuk/ kop/cupping untuk membersihkan tubuh dari darah yang mengandung toksin dengan penyayatan tipis pada permukaan kulit (disebut juga sebagai cara untuk mengeluarkan darah kotor 

9. Diet Hipertensi


  https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_vFN9LLWkrHWaAP32-H5Gcvrvm7bI_j9IGvivIGgd2lrpEtarSQBY24txyJbtx7WTXs7L43NmCDv61394pZe2HoGhdH27Hfa6mcj0iHB2eYRlDTsxhIITGaByCADllkIK1vCux7fh/s400/diet-hipertensi.jpg


Diet adalah mengkonsumsi makanan dan minuman dengan takaran tertentu, dalam waktu tertentu, dan jenis makanan tertentu (Soeryoko, 2010). Diet merupakan salah satu perilaku yang digunakan dalam memanajemen hipertensi (Ridwan, 2012). Salah satu cara penanggulangan hipertensi yang direkomendasikan adalah pendekatan untuk menghentikan hipertensi atau dikenal dengan sebutan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension). Prinsip utama dari diet DASH adalah menyajikan menu makan dengan gizi seimbang yang mengandung kalium, magnesium, protein, serat, dan kalsium yang dapat menurunkan tekanan darah. Perencanaan makanan DASH adalah rendah lemak jenuh, kolestrol, dan lemak total dan meningkatkan konsumsi buah-buahan, sayuran, dan susu yang tidak mengandung lemak atau rendah lemak. Produk yang dianjurkan seperti biji-bijian, ikan, dan kacang-kacangan dan mengurangi konsumsi daging dengan kulit, permen, gula, dan minuman yang mengandung alkohol serta tidak merokok (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011). Berdasarkan penelitian Moore, Conlin dan Svetkey (2014), DASH efektif untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi stadium 1.
Penatalaksanaan nutrisi bagi pasien hipertensi sangat penting dilakukan, karena dapat mempertahankan dan membuat tekanan darah tetap dalam keadaan normal. Adapun penatalaksanaan nutrisi yang dilakukan dalam pengaturan pola makan adalah sebagai berikut:
1)        Mengurangi konsumsi garam
Mengurangi konsumsi garam (natrium) merupakan hal yang penting untuk menurunkan tekanan darah. Berdasarkan jumlah garam yang dikonsumsi dalam satu hari, diet DASH membedakan menjadi dua, yaitu mengkonsumsi natrium maksimal 2400 mg yang setara dengan 6 g (1 sendok teh) garam meja (garam dalam kemasan) dan mengkonsumsi natrium 1500 mg yang setara dengan 4 g (2/3 sendok teh) garam meja. Jumlah tersebut sudah termasuk jumlah garam alami yang terdapat dalam bahan makanan serta jumlah garam yang ditambahkan saat masak. Diet DASH 1500 mg natrium, memberikan hasil yang lebih baik dalam menurunkan tekanan darah lebih banyak dibandingkan dengan jenis diet DASH 2400 mg natrium. Tapi untuk memudahkan anda beradaptasi dengan diet rendah garam, sebaiknya lakukan diet DASH 1,4 g (2/5 sendok teh) natrium per hari pada awal anda menjalani diet DASH, jika sudah mulai terbiasa anda bisa melanjutkan dengan diet DASH 1500 mg natrium per hari. (National Heart, Lung, and Blod Institue, 2011). Memperbaiki rasa tawar akibat pengurangan garam dapat dilakukan dengan menambahkan gula merah, bawang merah atau putih, jahe, kencur dan bumbu lain yang tidak asin atau mengandung sedikit garam (Ramayulis, 2010).
Makanan yang mengandung natrium dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu makanan rendah natrium yang dimakan sesering mungkin, makanan dengan kadar natrium menengah yang dikonsumsi tetapi dibatasi, dan makanan tinggi natrium yang tidak boleh dikonsumsi (Jain, 2011).
a)    Makanan rendah natrium
Makanan yang rendah natrium seperti buah-buahan segar, sayur-sayuran segar atau yang dimasak dirumah, daging, ikan, unggas, nasi, dan pasta.
b)    Makanan dengan kadar natrium menengah
Makanan dengan kadar natrium menengah seperti susu dan produk susu setengah liter susu skim atau semi skim per hari, yogurt, keju cottage, eskrim, telur kuning tidak boleh lebih dari 4 butir per minggu, kacang-kacangan yang tidak beragam, mentega yang tawar, bubur sereal tanpa garam, gandum parut, beras, gandum atau oat.
c)    Makanan tinggi natrium
Makanan yang tinggi natrium seperti makanan ringan dan cepat saji, kacang asin, kecap asin, pizza, ayam goreng, kue, selai kacang, sayur dalam kaleng, susu kental, mentega, semua jenis keju kecuali keju cottage, ikan asap, ikan kalengan, daging yang diawetkan termasuk ikan asin dan sosis, kari, produk sereal, sup khusus kalengan atau kemasan, buah kering, masakan cina, saus siap masak, terigu dan bubuk pengembang, pemanis buatan serta biskuit dan kue.
2)        Mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat
Menurut Almatsier (2007), karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia. Karbohidrat terdiri dari dua macam, yaitu karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana. Karbohidrat kompleks dianjurkan untuk penderita hipertensi karena aman dikonsumsi sedangkan karbohidrat sederhana tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan kadar gula darah dan menyebabkan hipertensi. Karbohidrat kompleks yang dianjurkan seperti nasi dengan ukuran 1 kepalan tangan, kentang 2 buah, pasta dan mie 1 kepalan tangan, singkong atau ubi jalar 2 buah, roti 2 buah. Karbohidrat kompleks dianjurkan untuk dikonsumsi 3 kali dalam sehari, anda dapat memilih salah satu jenis karbohidrat tersebut sesuai dengan ukuran atau porsi yang telah ditentukan. Karbohidrat sederhana yang tidak dianjurkan seperti gula, pemanis buatan, manisan, soda, dan cemilan yang manis.

3)        Mengurangi konsumsi lemak jenuh dan minyak
Menurut Almatsier (2007), lemak di dalam makanan terdiri dari dua macam, yaitu lemak jenuh dan tidak jenuh. Lemak jenuh merupakan lemak yang sebagian besar asam lemaknya terdiri dari asam lemak jenuh. Sedangkan lemak tidak jenuh adalah lemak yang sebagian besar asam lemaknya terdiri dari asam lemak tidak jenuh (tidak jenuh ganda dan tidak jenuh tunggal).
Lemak jenuh bersifat menaikkan kadar kolestrol dan trigliserida darah. Lemak jenuh banyak terdapat pada makanan yang berasal dari hewan seperti daging sapi, babi, kerbau, kambing, mentega, susu, keju, dan beberapa dari tumbuhan seperti kelapa. Sedangkan lemak tidak jenuh cenderung dapat menurunkan kadar kolestrol dan trigliserida darah. Bahkan makanan yang mengandung lemak tidak jenuh kebanyakan berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti minyak jagung, minyak kedelai, minyak kacang tanah, minyak biji bunga matahari, dan sebagian kecil dari hewani seperti ikan dan minyak ikan.
Diet rendah lemak dan minyak bertujuan untuk menurunkan kadar kolestrol dalam darah dan menurunkan berat badan bagi yang mengalami kegemukan (obesitas). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam diet ini antara lain:
a)         Hindari penggunaan minyak kelapa tidak lebih dari 1 cangkir dalam sehari.
b)        Hindari penggunaan lemak hewan dan margarin.
c)         Membatasi penggunaan minyak goreng dan metega tidak lebih dari 3 sendok teh dalam sehari.
d)        Menghindari konsumsi daging dengan kulit, hati, limpa, dan jenis jeroan lainnya.
e)         Mengkonsumsi susu yang tidak mengandung lemak untuk pengganti susu penuh (full cream).
f)         Membatasi makanan yang mengandung minyak seperti pisang goreng, tempe goreng, tahu goreng, ikan goreng atau unggas atau daging goreng dalam sehari.
g)        Membatasi kuning telur, tidak lebih dari 4 butir dalam seminggu.
h)        Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang-kacangan lainnya dengan direbus.
i)          Membatasi penggunaan gula dalam makanan dan minuman tidak lebih dari 5 sendok dalam seminggu dan membatasi makanan yang manis-manis seperti sirup, dodol, dan makanan yang mengandung pemanis buatan.
j)          Lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan. Selain itu, juga harus memperhatikan kombinasi makanan yang dikonsumsi karena hal ini harus disesuaikan dengan kadar kolestrol dalam darah.
4)        Meningkatkan konsumsi makanan yang berserat tinggi
Menurut Almatsier (2007), serat terdiri dari dua golongan, yaitu serat kasar (crude fiber) dan serat makanan (dietary fiber). Serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan selain buah dan sayuran, seperti beras, kentang, singkong, dan kacang ijo. Serat berfungsi untuk mengikat kolestrol maupun asam empedu dan kemudian membuangnya bersama sisa-sisa metabolisme tubuh atau kotoran. Hal tersebut dapat terjadi jika makanan yang dikonsumsi dalam sehari mengandung banyak serat kasar yang cukup tinggi dan porsi sayuran lebih banyak dibandingkan dengan nasi, singkong, biji-bijian, ikan atau daging. Beberapa contoh bahan makanan yang mengandung serat kasar cukup tinggi, yaitu:
a)         Golongan buah-buahan dikonsumsi 4-6 buah perhari dengan ukuran sedang atau ukuran bola tenis. Golongan buah-buahan yang dianjurkan seperti jambu biji, belimbing, jambu bol, kedondong, anggur, nangka masak, markisa, pepaya, jeruk, mangga, apel, semangka, dan pisang.
b)        Golongan sayuran dimasak dengan cara direbus, hindari memasak dengan menggunakan santan atau minyak. Golongan sayuran yang dianjurkan seperti daun bawang, jamur segar, bawang putih, daun dan kulit melinjo, buah kelor, daun kacang panjang, kacang panjang, daun kemangi, daun katuk, daun singkong, daun ubi jalar, daun seledri, lobak, tomat, kangkung, tahu, buncis, paria, kol, wortel, bayam, dan sawi.
c)         Golongan protein nabati seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, dan biji-bijian (beras merah, jagung).
d)        Makanan lainnya seperti agar-agar dan rumpu laut.
5)        Mengkonsumsi sumber kalsium
       Menurut Ramayulis (2010), kalsium bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah, menormalkan tekanan darah, mencegah osteoporosis (pengeroposan tulang), melenturkan otot, mencegah penyakit jantung, menjaga keseimbangan cairan tubuh dan sebagainya. Konsumsi kalsium disesuaikan dengan angka kecukupan gizi yaitu sekitar 800-1200 mg per hari. Makanan dan minuman yang mengandung tinggi kalsium adalah susu rendah lemak atau susu tanpa lemak, susu kacang kedelai, kacang-kacangan serta hasil olahannya seperti tahu dengan ukuran sedang atau 1 tahu ukuran besar dan 2 tempe dengan ukuran sedang dalam sehari, sayuran yang mengandung sumber kalsium yang baik seperti bayam, brokoli dan ubi jalar.
       Pada penderita hipertensi, penggunaan susu yang sudah dikalengkan atau dikemas, keju, dan ikan teri asin sebagai sumber kalsium tidak dianjurkan. Namun, penderita hipertensi dapat mengkonsumsi susu segar yang belum diawetkan sebanyak 200 ml per hari. Selain itu, penggunaan ikan teri asin dapat diganti dengan ikan teri tawar.
6)        Mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung protein
       Menurut Ramayulis (2010), protein merupakan salah satu zat gizi utama yang diperlukan tubuh untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Protein berperan dalam metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, terutama sebagai enzim yang membantu mempercepat terjadinya reaksi-reaksi di dalam tubuh dan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, protein juga penting untuk menjaga kesehatan jantung dan menurunkan tekanan darah. Protein terdiri dari dua macam, yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani merupakan protein yang bersumber dari hewan seperti unggas, ikan dan daging tanpa lemak dan kulit yang dikonsumsi dengan ukuran 1 telapak tangan setiap kali makan dan melepaskan kulit daging sebelum memasaknya, telur putih 1 butir setiap kali makan, susu rendah lemak. Protein nabati merupakan protein yang bersumber dari tumbuhan seperti kedelai, kacang-kacangan, brokoli, bayam. Makanan tersebut diolah dengan cara merebus atau memanggang, hindari menggoreng makanan bagi penderita hipertensi. 
7)        Diet rendah kalori
Menu makanan dalam satu hari yang dianjurkan dalam diet DASH mengandung 2000 kalori yang dibagi dalam tiga kali waktu makan, yaitu pagi, siang, dan malam. Tapi jumlah energi tersebut bisa berubah sesuai dengan kondisi masing-masing orang yang menjalani diet. Makanan yang rendah kalori sangat bermanfaat untuk menurunkan berat badan bagi yang mengalami obesitas (kegemukan) (National Heart, Lung, and Blod Institue, 2011).



Contoh Menu Makanan Diet Hipertensi


Hari
Pagi
Siang
Malam


Senin
Nasi
Cah sayuran
Telur putih
Jeruk
Singkong
Semur tahu
Cah sayuran
Jambu biji
Nasi
Capcay sayuran
Ayam rebus tanpa kulit
pepaya


Selasa
Ubi jalar
Bening sawi
Ayam rebus tanpa kulit
Semangka
Nasi
Telur putih
Bening ayam
Mangga

Nasi
Telur putih
Bening ayam
Apel


Rabu
Biji-bijian
Bening labusiam
Pepes ikan
Pisang
Nasi
Bening labusiam
Ayam rebus tanpa kulit
Apel
Pasta
Bening sayuran
Pepes ikan
Anggur


Kamis
Nasi
Telur dadar
Bening ayam
Pepaya
Biji-bijian
Bening sawi
Ikan
Kedondong
Nasi
Bening sayuran
Ayam rebus tanpa kulit
Pepaya


Jumat
Singkong
Tempe rebus
Bening labu siam
Apel
Nasi
Tempe rebus
Bening sayuran
Jeruk
Nasi
Tahu rebus
Bening sayuran
markisa


Sabtu
Nasi
Cah sayuran
Ikan rebus tanpa kulut
Pisang
Kentang
Cah sayuran
Unggas rebus tanpa kulit
Jambu biji
Nasi
Cah sayuran
Telur putih
Apel


Minggu
Biji-bijian
Tempe Rebus
Sup sayuran
Pepaya
Nasi
Tahu Rebus
Sup sayuran
semangka
Nasi
Tempe Rebus
Sup sayuran
Pisang